Where Are You



cerpen aku

2 November

21.25
Make a wish for novembar !!
Di awal novembar ini gue ngerasa bahagia banget. Tadi di sekolah gue ketemu sama Dafa lagi. Kali ini Dafa senyum, senyum yang  ke 92 kali selama gue punya rasa ke dia. Tapi, lagi-lagi senyum itu adalah senyum yang sama seperti Dafa senyum ke orang lain dan kapan yah senyum manis Dafa itu jadi special buat gue ? aduh mulai mimpi lagi deh gue. Tapi gak papa, karena di awal November dengan senyum Dafa udah buat gue senang dan bikin peajaran kimia yang gue benci terasa indah banget. Dan berharap Dafa akan selalu tersenyum walau pun sebenarnya gue gak tau apa yang loe rasakan. Makasih Dafa. ^_*
~~~
Kamar bercat  putih itu penuh dengan beberapa tumpukan novel, komik dan majalah-majalah music. Belum lagi meja belajar yang tak pantas lagi di katakana sebagai meja belajar. Kaset-kaset lagu rock jadul pun ada disana. 2 gitar dengan senar yang hampir lepas pun terletak di sembarangan tempat.
Plak !!
“kamu pikir bagus gitu malam-malam gini perempuan keluyuran ?? mau di pandang apa sama orang lain tentang istri seorang pengusaha?? “
“pengusaha apa yang kamu maksud ? kamu pikir lagi aku cuman keluyuran gak jelas ? aku juga cari uang, buat  Dafa anak aku”
“hey ! aku anggap apa kamu ?”
“ah ! terserah ! aku capek ! aku mau tidur”
“hey !”
Dan cowok berkulit putih pucat itu terbaring lepas di atas ranjang bergambar spiderman 3 dan masih mengenakan seragam putih abu-abunya, lucek. Dia hanya bisa meutup kedua telinga dengan kedua tangannya.
GILA !! gue bisa gila ini !!
~~~
4 november
21.15
Gue bakal tulis, kalau hari itu gue ketemu sama Dafa, kemaren Dafa gak masuk. Dan hari ini Dafa pun absen tersenyum. Anehnya lagi Dafa sekarang sering gue liat kalau istirahat dia pergi ke belakang sekolah dan gue pun gak tau apa yang di lakuin Dafa. Dafa emang kadang-kadang aneh. Kadang-kadang suka senyum dan kadang-adang Dafa jutek banget. Huft !
Gak masalah. Itu yang gue suka dari sama Dafa. Dafa adalah pertama teman kenalan gue waktu jadi anak baru di SMA. Dan gue yakin Dafa udah lupa itu. Dafa bantuin aku ngerjain tugas yang di kasih kakak senior. Buat potongan gambar orang dari kertas hvs sepanjang 10 meter karena aku telat. Aku tau waktu itu Dafa gak telat tapi Dafa sengaja, biar gak ikutan jadi bahan tertawaan di tengah lapangan oleh kakak senior.
“sini gue bantuin”
“loe juga telat ?”
“gak ! gue males aja ada dilapangan, waktu gue liat loe kayanya damai banget gitu gak di usik sama senior”
“yaiyalah, gue kan bukan cewek yang menarik untuk di kerjain”
“pokoknya kalau ditanyain gue juga telat yah. Oya gue Dafa” Dafa mengulurkan tangan kanannya.
“Lani” lani pun menerima uluran tangan Dafa. Kesan pertama yang dirasakan Lani adalah tangan Dafa lembab berkeringat, dingin.
Just that ! kesan kenalan dengan Dafa dari situ aku mulai ada rasa dengan Dafa. Ugh! Emang norak banget deh gue. Bukan cuman itu ! Tapi Dafa terlalu mirip dengan... Ah ! Sudahlah !! Dan aku yakin banget kalau Dafa gak akan ingat sapa aku. Ditambah 2 tahun satu sekolah dengan Dafa, aku gak pernah sekelas bareng dia. Tapi, aku termaksud orang beruntung yang pernah kenalan dengan Dafa. Karena teryata Dafa adalah salah satu sederet cowok yang di taksir anak perempuan di sekolahku. Dan lagi-lagi Dafa gak bakal ngelirik gue deh, soalnyakan gue bukan cewek menarik. Gue cuman anak madding berkacama tebal.
Huft !!
~~~
Gitar coklat kelam itu masih di peluk seorang cowok yang kini duduk di bibir jendela kamarnya. Matanya tertuju pada burung yang sedang hinggap di pohon mangga tetangganya.
Sepertinya jadi burung itu menyenangkan. Ia bisa terbang sesuka hatinya. Hinggap di satu tempat ke tempat lain. Merasakan lembutnya awan putih di langit, menghirup udara damai tak terusik. Kematiannya pun jelas, tertembak atau waktu yang datang menghampirinya. Dan gak mikirin apa itu dosa.
Cowok itu pun mengalihkan pandangnya setelah mengingat kematian seekor burung. Melihat anak tetangga berumuran 5 tahun bersama ayah dan Bundanya bermain bola karet di depan halaman rumahnya. Yang bisa dilihat cowok itu dari atas, tepat kamarnya.
Anak kecil itu tersenyum, tertawa, sesekali merengek agar bola dapat ia pegang lagi. Dan kedua orang tuanya merasa senang melihat tingkah laku anaknya. Masa yang sangta menyenangkan. Cowok itu tersenym, bersyukur ia pernah merasakan itu. Dan selalu berdo’a masa-masa itu akan selamanya seperti itu, namun itu hanya angan. Karena semua berjalan menuntut waktu yang terus berputar. Dan ia kini hanya bisa meletakkan gitar di lantai dan mengusap kedua mukannya dengan kedua tanggannya.
Kreekk..
“Dafa sayang, ini susunya”
“mamah ?”
“ya, sayang”
“apa kabar mah ?”
pertanyaan itu yang keluar dari bibir Dafa. Pertanyaan yang sering ia Tanya ketika wanita karier bertampilan ABG itu tak dilihatnya selama 3 hari, Mamah. Dan wanita itu hanya bisa tersenyum dan menutup kesedihannya di depan putra sulungnya. Menghampiri Dafa yang masih duduk dibibir jendela dan memeluknya erat.
“baik sayang, kabar Mamah baik”ucapnya sambil mengucap kening putranya. Dan tak bisa menahan air matanya lagi. Putra yang kini ia peluk sudah cukup besar. Dan tak bosan menanyakan kabar dirinya yang tak pernah menanyakan kabar putranya, karena terlalu pahit untuk menanyakan kabar Dafa dan Dafa pun tak pernah tau kalau ia akan sering bertanya seperti ini selama jarak 3 hari.
“syukurlah” Dafa tersenyum. Membuat hatinya terasa damai dan aman ketika mendengar kabar baik dari bibir mamahnya.
~~~
5 November
21.38
Yes yes yes !! hari ini benar-benar hari keberuntunganku. Gambar kartunku hanya menggunakan pensil 2B, 4H, 6B yang di pajang di madding sekolah banyak yang nge_like. Gambar sesosok cowok dibawah pohon terduduk dengan memeluk kedua lututnya dan sesosok cewek berdiri di hadapannya dan mengulurkan satu tangannya. Aku dan Dafa. Hehehe.. lagi-lagi gue cuman bisa ngarep.
Dan yang lebih gue senang lagi adalah Dafa senyum ! dafa liat gambaranku di madding. Disaat anak-anak pergi ke kantin disana Dafa berdiri. Memasukan kedua tangannya di kantong celananya. Dan tersenyum, gue yakin banget kalau Dafa lagi liat gambaranku. Walaupun aku gak tau persis apa yang dilihat Dafa juga sih, yang jelas gambaranku pasti dilirik barang sedikit dari bola matanya. Huft!
Kapan yah gue bisa bicara sama Dafa ??
gue kerasa takut kalau gak bisa lihat Dafa tersenyum lagi.
Dan lebih pentingnya gak bisa liat dafa lagi.
Dan rasa-rasa itu sepertinya akan hadir menghantui di pikiranku. Dan semoga itu hanya sebuah firasatku saja. Amin.
~~~
langit senja itu menyelip kedalam kamar Dafa. Senja ini Dafa tersenyum puas. Lirik lagu yang ia buat selama 2 minggu terakhir ini akhirnya beres dengan music aqustic dari gitar coklat kelam itu. Hadiah dari Papahnya saat Dafa bisa maksud SMP favorit yang di harapkan oleh kedua orangtuanya. Saat itu adalah moment yang gak akan dilupakan Dafa. Melihat senyum bahagia di kedua wajah orangtuanya. Bangga.
Senja itu, Dafa benar-benar tak percaya bahwa ia bisa menyelesaikan lagunya yang terakhir. Yah, terakhir dari semua lagu yang ia buat. Ending yang akan menjadi indah. Harapnya saat membuat lagu itu.
Sebuah pencerahan dari sebuah gambar hitam putih yang ia liat di madding tadi di sekolah. Seorang cowok yang benar-benar putus asa dengan sebuah garis takdir yang ia miliki, namun ada satu sosok cewek yang mau mengulurkan tangannya untuk menghapus segala keputusan asaan. Walaupun entah apa maksud ending dari gambar itu, Dafa hanya berharap bahwa endingnya sama yang ia harapkan.
Dafa pun masih ingat jelas siapa nama yang menggambar gambaran itu.
Alania_Lani
Nama yang sepertinya tak asing. Nama yang selalu menghadirkan tulisan dan gambaran-gambaran di madding sekolah sebuah kebetulan sama seperti yang ia rasakan. Tapi Dafa benar-benar lupa dengan nama itu. Semakin ia mengingat semakin ia akan merasakan kesakitan yang luar biasa. Walaupun Dafa ingat jelas sapa Alania_Lani itu. Karena entah mengapa yang ada pikirannya saat ini dan 2 tahun belakangan ini ia hanya sekedar tau Alania_lani dan sebuah karya yang mebuatnya tertarik. Tanpa tau siapa dan seperti apa sosoknya.
~~~
6 November
20.45
Mungkin terlalu cepat untuk menulis malam ini, tapi aku harus cepat-cepat menulisnya. Karena aku takut gak akan bisa menulis di malam-malam ini. Tadi waktu pulang sekolah aku ketemu Dafa. Dia lagi duduk di pinggir lapangan. Karena khusuk ngeliat dia. Sampai akhirnya aku nabrak Melisa, cewek yang juga naksir berat Dafa.
Melisa yang jutek tiba-tiba cuman mendengus kesal dan gak marah-marah ke aku, mungkin ada Dafa kali yah ? Hahahaa... Gak kebayang deh kalau Melisa marah-marah, habis deh gue ! Stop ! Stop ! Kenapa aku jadi ngomongin Melisa ? Dia kan saiangan aku. Wkwkwk... Walaupun Melisa gak pernah berpikir bahwa aku akan jadi saingan dia. Jauhhh banget kaya langt dan bumi. Pastilah yang dilirik Dafa itu Melisa. Bukannya gosip terakhir kalau Dafa lagi dekat sama Melisa. Aduhhh pokoknya gue orang pertama yang gak setuju. Walaupun lagi-lagi gue hanya bisa mimpi. Hahahahaa...
Dafa... Dafa..
Kalau loe mau tau perasaan gue...
Mungkin cuman angan yang takkan tercapai. Sadar betul sapa aku !!
Aku cuman... Ah ! Sudahlah..
Terakhir yang ingin ku lakukan di dalam hidup ini adalah aku bisa berbicara denganmu, memberikan catatan harianku padamu. Dafa.
Laki-laki yang sudah membuatku merasakan hidup kembali.
Melihatmu saja, sudah membuatku tersenyum apalagi dengan senyumanmu yang mengobati  perih di mata ini.
Dafa, kau terlalu mirip dengannya. Bukan untuk menyamakan dirimu dengan Dimas. Sahabat yang terlalu cepat meninggalkanku, sebelum aku mengatakan bahwa aku sangat sayang padanya.
Padahalkan aku dan Dimas berjanji sampai kapan pun kita akan tetap bersama, karena begitu banyak kesamaan yang kita derita.
Dan aku tak ingin terulang kembali pada seseorang yang ku harapkan. Mungkin kali ini bukan Dimas atau Dafa yang menghilang. Tapi ... mungkinkah...
Stop !! Sepertinya aku terlalu lelah.
Good night Dafa. ^_*
I just wanna say " I love you Dafa"
~~~
Bintang itu terlihat kecil.
Jauh untuk di gapai.
Jauh untuk dirasa..
Tapi hanya bisa terlihat begitu indah.
Setitik cahaya di malam yang gelap.
Gelap... Gelap...
Hitam nan lekat ! Sunyi tak bersuara..
Merasa disana, sendiri dalan kesunyian
Berusaha untuk menjadi terang.
Untuk dilihat dan mencoba untuk dirasakan.
Kesunyian dan kedamaian.
~Alania_Lani~
Dafa masih berdiri dekat jendela kamarnya. Memegang lembaran kertas ditangannya. Hari ini Dafa benar-benar nekat mengambil lembaran kertas putih itu dari mading, Dafa tersenyum. Dafa sangat senang tanpa menyesalan mengambil kertas itu. Karena Dafa tau. Dia takkkan sanggup mengikat untaian kata-kata indah itu. Walaupun ia akan bertemu dengan siapa yang mebuat untaian kata itu, ~Alania_Lani~.  dafa akan sangat bersyukur jika dia akan bertemu dengan sosok itu. Walaupun Dafa akan tau akibatnya.
"Dengar yah ! Jangan suka untuk ngambil karya orang sembarangan !! Apalagi dengan cara mengambil tanpa ijin !! Itu namanya maling !!" pikir Dafa, Dafa hanya bisa tersenyum membayangkannya. Seorang ~Alania_Lani~. Dengan segala karya-karyanya yang akhir-akhir ini membuat pencarahan bagi Dafa. Karya yang indah, damai dan menenangkan hati. Dan tiba-tiba marah ketika karyanya di ambil oleh sembarangan orang tanpa ia kenal sekalipun. Dafa tau itu, gak ada orang yang rela jika karyanya di jiplak seenaknya tanpa ada konfrim dari orang yang memiliki karya itu sendiri.
Dafa menyiapkan recorder lalu mengambil gitar coklat kelam itu dan memulai untuk memainkan alat musik. Menyambungkan nada yang pas untuk untaian kata-kata yang tertulis di kertas putih itu.
Dafa tersenyum dan merasa bangga. Hingga ia tak percaya dapat menyelesaikan satu lagu yang ia mabil liriknya dari tulisan ~Alania_Lani~..
Luar biasa, thanks ~Alania_Lani~. Batinnya.
~~~
Pagi.
Hujan pagi itu memberikan sebuah isyarat tentang kesunyian yang tak berunjuk indah. Semua basah. Air terus turun dari atas dari langit tanpa hentinya. Hingga masuk suasa senja.  Dan masuk dalam kesunyian tanpa hentinya. Lagi-lagi cowok berkulit putih pucat duduk di bibir jendela kamarnya. Yang ia lihat kali ini bukan seorang anak kecil dan kedua orang tuanya bermain-main di depan halaman rumahnya, bukan seekor burung dengan leluasanya terbang di langit senja. Namun hanya sebuah kesunyian dengan suara hujan yang tak kunjung berhenti.
Seakan 10 hari terakhir ini adalah akhir kehidupannya.
Seakan ia merasa kehilangan pencerahan hidupnya.
Semua begitu cepat yang ia rasakan.
Malam itu...
Dafa merasa ingat siapa Alania_Lani yang sering kali menghantui pikirannya dan Dafa merasa untuk harus terus  mengingat siapa sosok itu. Anak perempuan berkaca mata tebal, bermata sipit dan berkulit putih pucat sepertinya.
“sini gue bantuin”
“loe juga telat ?”
“gak ! gue males aja ada dilapangan, waktu gue liat loe kayanya damai banget gitu gak di usik sama senior”
“yaiyalah, gue kan bukan cewek yang menarik untuk di kerjain”
“pokoknya kalau ditanyain gue juga telat yah. Oya gue Dafa” Dafa mengulurkan tangan kanannya.
“Lani” lani pun menerima uluran tangan Dafa. Kesan pertama yang dirasakan Dafa adalah tangan Lani lembab, berkeringat dan dingin.
10 hari saat Dafa menunggu tulisan atau sebuah gambar yang ia rasakan adalah dirinya, sebuah tulisan berketarangan ~Alania_Lani~. Mengajak untuk mencarinya, menunggunya. Namun tak terlihat lagi karya-karya itu. Semua seakan berhenti mati tak bernyawa.
10 hari menunggu. 10 hari itu pun Dafa mengambil keputusan. Recorder kesayangan yang terakhir ia pake setalah membuat rekaman lagu yang ia ambil lirik kepunyaan ~Alania_Lani~. Ia bungkus rapi dengan kertas putih. Meletakkan bingkisan itu tepat di atas meja kerjanya sebagai editor mading sekolah. Warna putih yang ia rasa sering dipakai oleh sosok ~Alania_Lani~.  Sosok yang begitu cepat menghilang, sosok yang membuatnya terlalu lama untuk mengingat dan begitu cepat menghilang.
Dafa merasa putus asa, atas kelemahan yang ia miliki. Susah untuk mengingat semuanya. Susah mengingat apa yang beru saja ia lakukan. Ia mendengus kesal.
Tepat 16 Novembar ini. Dafa merasa lega apa yang ia lakukan. Karena ia masih bisa mengingat hal ini. Entah besok atau sejam kemudian. Semua akan menjadi biasa kembali.
Dafa menarik gitar coklat kelam itu dan memasukannya ke dalam peti gitar. Mengunci rapat.
"Dafa... Sudah siap ?"
"Mah ?"
Perempuan itu menghampiri putranya yang berdiri tagak di dekat jendela. Memeluknya erat dan membiarkan air mata itu mengalir deras di pipi merahnya
"semua akan baik-baik saja sayang, Mamah janji operasi kali ini akan berhasil. Dan kita akan memulai hdup baru lagi di tempat kelahiranmu, Singapore"
Hening.
~~~
16 november.
10 hari berlalu. Apa kabar Dafa ?
10 tak melihatmu seperti mati.
10 hari tanpa senyumanmu membuat ku sakit.
Aku tak bisa menulis lagi !! Aku tak bisa menggambar lagi ! Terlalu sesak juga untuk melihat kehidupanku sekarang ini. Ingin marah rasanya ! Ingin mati saja !!
Tapi, Tuhan berkehendak lain. Aku masih bisa merasakan udara di pagi ini. Kesempatan emas kemarin menjadi sebuah anugrah terindah bagiku. Mata Dimas yang disumbangkan untukku, bisa melihat kembali sosok Dafa sebagai penganti Dimas. Dan sekarang. Kesempatan itu hilang ! Kesempatan yang hanya memberikan waktu 2 tahun, 2 tahun bertahan dalam kesakitan tak berunjung. Dan kini semua lepas. Namun tetap berbekas. Seperti hujan meninggal pelangi di senja itu.
~~~
End_fay.29.11.2013_22.11AM. ^_*





 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TOKO ALAT LUKIS DI SAMARINDA

lepas putih abu-abu